Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Konfirmasi Sandi*
Nama depan*
Nama depan*
Tanggal Lahir*
Email*
Nomor HP*
Negara*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Preferensi dan Karakteristik Kelompok Disabilitas

Budaya Berwisata: Preferensi dan Karakteristik Kelompok Disabilitas Penulis Artikel: Nurul Hashilah (Mahasiswa S2 Pariwisata UGM)
Article Author: Nurul Hashilah (Student Master of Tourism Study UGM)

Pendahuluan

BMWA (dalam Berthold, 2005) mengungkapkan sekitar 37% orang dari kelompok disabilitas menghindari kegiatan berwisata. Kelompok disabilitas berhak untuk berwisata dan diperlakukan dengan adil termasuk pada aspek keamanan dan kenyamanan. Hal tersebut telah tertuang dalam Pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, bahwa penyelenggaraan kepariwisataan perlu memenuhi prinsip keseimbangan relasi antar manusia, menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta menerapkan keadilan dan kesetaraan. Pasal lain yang berbicara tentang hak berwisata yaitu pasal 19, 20, khususnya pasal 21 tentang pemenuhan fasilitas bagi kelompok wisatawan disabilitas. Berdasarkan butir-butir pasal tersebut dapat dipahami bahwa sektor pariwisata perlu beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan termasuk kelompok disabilitas.

Kurangnya partisipasi kelompok disabilitas dalam berwisata juga disebabkan oleh minimnya infrastruktur yang dapat diakses serta sistem penyediaan layanan inklusif yang kurang memadai (Small & Darcy dalam Elfrida & Noviyanti, 2019). Maka dari itu, penting untuk mempelajari budaya berwisata kelompok disabilitas. Kajian mengenai disabilitas pada sektor pariwisata selama ini lebih banyak berfokus pada kelengkapan fasilitas dan aksesibilitas. Namun, mengetahui minat, preferensi, bahkan karakteristik kelompok disabilitas juga penting untuk dikaji untuk memetakan budaya berwisata pada kelompok tersebut.

Berdasarkan isu yang telah dipaparkan di atas maka penting untuk mengkaji budaya berwisata kelompok disabilitas. Artikel ini bertujuan untuk melihat lebih dalam terkait isu tersebut berdasarkan preferensi dan karakteristik kelompok disabilitas dalam berwisata. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi literatur. Penulis mengumpulkan beberapa sumber bacaan yang dimuat dalam jurnal dan buku sebagai acuan penulisan kerangka teori, serta laman berita online sebagai analisis isu terkini tentang kegiatan berwisata kelompok disabilitas.

Teori

Budaya mencakup keseluruhan pola perilaku dan sikap yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan serta menjadi elemen dari suatu kebiasaan yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh sekelompok masyarakat (Linton dalam Muchtar, dkk. 2016). Budaya juga dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia yang dapat dimanfaatkan untuk melihat, mengetahui, dan memahami kondisi serta pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar (Suparlan). Salah satu ciri budaya adalah menekankan pola-pola berbasis simbol yang mengandung makna tertentu (Herusatato dalam Agustianto, 2011).

Berwisata merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi keinginan serta mencapai tujuan yang diinginkan, baik dalam segi psikologis maupun fisik. Berwisata dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk memanfaatkan waktu senggang (Clawson dan Knech; Brockman; dalam Azhari, 2017). Fandeli (dalam Azhari, 2017) mengemukakan bahwa terdapat faktor pendorong dan faktor penarik seseorang untuk berwisata. Faktor pendorong atau push factor dapat berupa alasan yang membuat seseorang ingin terlepas dari rutinitas sehari-hari. Sedangkan faktor penarik, atau pull factor berupa ketersediaan atraksi wisata di sebuah tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Disabilitas adalah setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, pemikiran, mental, dan kemampuan sensorik yang mengakibatkan kesulitan untuk berpartisipasi aktif dan efektif dalam berkegiatan (UU No.8 Tahun 2016). Berdasarkan UU Pasal 4 menyebutkan bahwa ragam disabilitas meliputi penyandang disabilitas fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik. Kondisi keterbatasan tidak hanya didapatkan sejak lahir, namun bisa saja dialami dari berbagai peristiwa seperti kecelakaan dan bencana yang menyebabkan terganggunya fungsi untuk beraktivitas. Jenis penyandang disabilitas dapat berupa disabilitas fisik, disabilitas mental, dan disabilitas ganda (Reefani dalam spa-pabk.kemenpppa.go.id, 2019).

Preferensi Kelompok Disabilitas dalam Berwisata

Upaya mendorong minat kelompok disabilitas untuk berwisata dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kulonprogo dengan menyelenggarakan kegiatan Famtrip Difabel. Kegiatan tersebut diikuti oleh penyandang disabilitas dengan bentuk tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunawicara, serta tunadaksa. Destinasi wisata yang dikunjungi meliputi wisata alam, seni, dan budaya, serta sentra industri kreatif yang berada di wilayah Kulonprogo. Kegiatan tersebut tidak hanya diisi dengan berwisata, namun pihak pemerintah Kulonprogo mengajak peserta kegiatan Famtrip Difabel untuk berdiskusi dan memberikan masukan terkait kondisi di masing- masing objek wisata (Dewantara, 2022).

Kegiatan tersebut baik untuk menumbuhkan minat dan preferensi wisatawan disabilitas disamping untuk pemetaan dan penyusunan strategi pengembangan destinasi wisata. Berdasarkan dokumentasi kegiatan yang dimuat dalam laman berita tersebut, menunjukkan bahwa peserta famtrip difabel memiliki minat terhadap atraksi wisata yang melibatkan unique experience, seperti membatik, mengolah daun teh, serta membuat jamu tradisional. Wisatawan disabilitas juga tertarik dengan wisata budaya yang mengangkat potensi kearifan lokal. Wisatawan yang berasal dari Sekolah Luar Biasa (SLB) tersebut mengakui bahwa baru pertama kali berwisata dengan berpartisipasi aktif di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Hal tersebut diharapkan dapat membentuk budaya berwisata bagi kelompok disabilitas.

Kelompok disabilitas memiliki minat terhadap wisata edukasi. Hal tersebut dibuktikan dengan tulisan yang dimuat dalam laman berita Poskota Lampung (2022). Kepedulian juga ditunjukkan oleh UPTD Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Lampung. Upaya dilakukan untuk menumbuhkan minat berwisata kelompok disabilitas, dengan mengundang kelompok tersebut berwisata ke Taman Wisata dan Taman Satwa Lembah Hijau. Wisatawan disabilitas tunanetra dan tunawicara diajak untuk merasakan pengalaman menyentuh tubuh satwa, merasakan suasana, dan mendengar suara satwa yang ada di objek wisata tersebut. seluruh wisatawan menunjukkan ekspresi antusias dan bahagia dalam menikmati kegiatan wisata edukasi yang diberikan.

Berdasarkan kedua studi kasus di atas maka terdapat preferensi wisatawan kelompok disabilitas, di antaranya minat terhadap atraksi wisata yang melibatkan unique experience. Hal tersebut menunjukkan bahwa penting untuk melibatkan partisipasi aktif kelompok disabilitas dalam berwisata. Kelompok wisatawan juga memiliki minat terhadap kegiatan wisata budaya dan wisata edukasi yang dilakukan di alam terbuka sehingga dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar dan menikmati suasana alam.

Karakteristik Kelompok Disabilitas dalam Berwisata

Dewantara (2022) memaparkan bahwa kelompok disabilitas berwisata dengan cara berkelompok dan didampingi oleh pemandu serta pendamping khusus difabel. Hal tersebut bertujuan untuk membantu disabilitas dalam berwisata di tengah keterbatasan yang dimiliki. Berdasarkan studi kasus yang dipaparkan oleh Dewantara (2022), kelompok disabilitas ingin diperlakukan setara dan merasa berdaya, sehingga perlu dibebaskan untuk mengeksplorasi keingintahuan mereka selama berwisata meskipun disertai dengan pendampingan.

Karakteristik wisatawan kelompok disabilitas juga terdapat pada dorongan keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi, keinginan untuk mencoba hal yang baru, serta jujur dalam mengekspresikan atas pengalaman berwisata yang dimiliki. Hal tersebut tergambarkan dari kegiatan berwisata kelompok disabilitas di Taman Wisata dan Taman Satwa Lembah Hijau Lampung.

Berdasarkan kedua karakteristik yang ditampilkan pada studi kasus tersebut maka dapat diketahui bahwa kelompok disabilitas memiliki karakteristik yang khas dalam berwisata. Karakteristik tersebut yaitu kelompok disabilitas berwisata secara berkelompok, didampingi oleh pemandu atau pendamping, ingin diperlakukan setara dan merasa berdaya, memiliki keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi, keinginan untuk mencoba hal yang baru, serta jujur dalam mengekspresikan atas pengalaman berwisata yang dimiliki.

Kesimpulan

Budaya berwisata kelompok disabilitas terbagi atas preferensi dan karakteristik wisatawan disabilitas. Pada aspek preferensi kelompok disabilitas dalam berwisata, mereka berminat pada atraksi wisata yang melibatkan unique experience, bertema wisata budaya, serta wisata edukasi. Sedangkan pada aspek karakteristik kelompok disabilitas dalam berwisata, yaitu berwisata secara berkelompok, didampingi oleh pemandu atau pendamping, ingin diperlakukan setara dan merasa berdaya, memiliki keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi, keinginan untuk mencoba hal yang baru, serta jujur dalam mengekspresikan atas pengalaman berwisata yang dimiliki.

 

 


Reference

Agustianto. (2011). Makna Simbol dalam Kebudayaan Manusia. Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 8 No.1, Page: 1-63. https://media.neliti.com/media/publications/98401-ID-makna- simbol-dalam-kebudayaan-manusia.pdf

Azhari, A.K. (2017). Kolaborasi dan Kerja Sama Pengelolaan Obyek Wisata Alam: Kendala dan Prospeknya di Era Otonomi Daerah. Journal of Tourism and Creativity, Vol. 1, No. 2. Pp: 121-140.

Dewantara, J.R. (2022). Asyiknya Para Penyandang Disabilitas Ikut Tur Wisata Keliling Kulon Progo. https://www.detik.com/jateng/wisata/d-6147603/asyiknya-para-penyandang- disabilitas-ikut-tur-wisata-keliling-kulon-progo

Elfrida, T. dan Noviyanti, D.E. (2019). Difa City Tour dan Pemenuhan Kebutuhan Wisata Difabel. Jurnal Inklusi, Vol. 6 No. 1. Pp. 25-46. KemenPPPA RI. (2019). Pengertian, Jenis dan Hak Penyandang Disabilitas. https://spa- pabk.kemenpppa.go.id/index.php/perlindungan-khusus/anak-penyandang-disabilitas/723-penyandang-disabilitas

Muchtar, K., Koswara, I., dan Setiawan, A. (2016). Komunikasi Antar Budaya dalam Perspektif Antropologi. Jurnal Manajemen Komunikasi. Vol. 1, No. 1. Pp. 113-124.

Poskota Lampung. (2022). Taman Wisata Lembah Hijau Ajak Penyandang Disabilitas Wisata https://lampung.poskota.co.id/2022/07/07/taman-wisata-lembah-hijau-ajak- penyandang-disabilitas-wisata?halaman=2

Leave a Reply

id_IDIndonesian